Nak, memandangi wajah imutmu yang polos serasa melenyapkan seluruh penat dan lelah yang menggelayuti sekujur tubuhku. Malam-malamku kini menjelma menjadi siang karena nyaris dalam setiap aku harus berjaga. Berjaga untuk mengganti popokmu yang basah oleh pipis dan pup, juga untuk memberimu asi. Pernah ada yang menyarankan untuk memakaikan pampers kalau malam. Tapi aku urung untuk mengiyakan. Pasalnya selain karena kulitmu yang sensitif juga untuk toilet training. Biar tidak kebiasaan pipis tapi tetap tidur alias ngompol. Akibatnya aku jadi sering ketiduran kalau siang. Dan ini memancing protes kakakmu kalau minta ditemani main tapi umminya malah tertidur.
Muhammad Azzam Abdurrahman….kami memilihkan nama ini untukmu. Banyak yang meledek kalau Azzam itu terinspirasi dari novel ‘Ketika Cinta bertasbih’. Padahal dari dulu sebelum novel itu terbit nama’Azzam’ sudah disimpan ummi kalau punya anak laki-laki. Mungkin dirimu suatu saat akan bertanya ke ummi atau abi mengapa diberi nama Azzam. Nak, Azzam itu artinya tekad,kemauan,semangat. Dan memang dirimu lahir di bulan yang penuh dengan tantangan bagi keluarga kita. Bulan Juli banyak deadline yang harus diselesaikan. Orang tuamu harus melunasi pembayaran terakhir rumah mungil kita, abimu harus menyelesaikan tesisnya, Mbak Asma masuk sekolah. Dan di usia tua kehamilanmu , ummi selalu bangun jam 1 dinihari untuk membantu abi menyelesaikan tesisnya. Terkadang sampai kaki kram karena kelamaan duduk di depan komputer. Bahkan di detik-detik menjelang kelahiranmu, abimu masih disibukan mengejar tanda tangan dosen. Ummi sendirian di rumah sakit ketika perut mules-mules hebat. Alhamdulillah ada Uwak Winni dan Budhe Utik yang datang menemani.
Dan tgl 19 Juli 2008 jam 17.55 kau terlahir dengan normal diiringi suara adzan maghrib. Subhanallah …ummi sempat panik karena kamu menghisap air ketuban. Alhamdulillah walau kita sempat lama di rumah sakit dan ada di tempat berbeda sebab kau harus dirawat di ruang terpisah tapi ummi bisa memberikan asi eksklusif. Pemberian asi eksklusif yang penuh perjuangan. Hampir setiap 2 jam sekali ummi harus ke lantai 2 untuk menyusui bahkan di tengah malam sekalipun saat suasana rumah sakit lengang. Ummi sempat merinding sih…tapi ummi ingat ada Allah yang melindungi. Awalnya ummi merasa nelangsa karena tidak bisa satu ruangan denganmu. Terkadang sampai menangis melihatmu tidur sendirian di boks. Tetapi begitu ummi lebih membuka mata dan melihat bayi-bayi di ruangan lain, ummi menjadi lebih bersyukur. Sebagian bayi itu harus berjuang lebih berat darimu Nak. Ummi sempat berbincang dengan beberapa orang tua mereka. Di banding ummi, ujian mereka lebih berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar