Senin, 28 April 2008

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPAN UNTUK MEMBENTUK DIRINYA

Anak adalah harta terbesar bagi kita. Mereka dengan segala keunikan dan kelebihannya menuntut kecerdasan dan kesabaran kita sebagai orang tua. Bersama mereka kita jadi mahasiswa di universitas kehidupan.

Sampai sekarang belajar itu tak pernah berhenti, never ending learning. Satu artikel yang rutin saya ikuti dari sekolah orangtua dan benar-benar menjadi bahan instropeksi. Semoga saya bisa menjadi ibu yang shalihah..dan mencetak generasi rabbani. Amiin....

Anak Belajar dari Kehidupan untuk Membentuk Dirinya
---------------------------------------------------

Reaksi Anda akan Menentukan Sikap dan Perilaku Anak.
Anak merupakan cermin dari perilaku orangtuanya, jadi saat
membaca point-point di bawah ini, ingat-ingatlah apakah
Anda sebagai orangtua ingin memberikan contoh yang baik
atau contoh yang buruk pada anak Anda.

1. Anda suka mengritik maka anak Anda akan belajar mengutuk
dan berkeluh kesah

2. Anda suka menciptakan suasana permusuhan maka anak Anda
akan belajar berseteru

3. Anda suka menakuti maka anak Anda akan belajar hidup
prihatin dan tak berani berbuat sesuatu

4. Anda suka mengasihani anak maka anak Anda akan belajar
mengasihani diri sendiri

5. Anda suka mencemooh maka anak akan belajar menjadi pemalu

6. Anda suka mencemburui maka anak akan belajar iri hati

7. Anda suka mempermalukan anak maka ia akan belajar merasa
bersalah

8. Anda suka mendorong maka ia akan belajar percaya diri

9. Anda suka mentoleransi maka mereka akan belajar sabar

10. Anda suka memuji maka mereka akan belajar menghargai

11. Anda menerima anak apa adanya mereka akan belajar
mengasihi

12. Anda mendukung anak maka mereka akan menyukai diri
mereka sendiri

13. Anda mengakui mereka maka mereka akan belajar untuk
mempunyai sasaran

14. Anda suka berbagi maka mereka akan belajar bermurah hati

15. Anak dibiasakan jujur maka mereka akan belajar mengatakan
yang sebenarnya

16. Anak merasakan keadilan maka mereka akan belajar
bersikap adil

17. Anak banyak merasakan kemurahan dan pertimbangan maka
mereka akan belajar menghormati

18. Anak merasa tenteram maka mereka akan belajar percaya
pada diri sendiri dan orang di sekelilingnya

19. Anak merasakan persahabatan maka mereka akan belajar
bahwa dunia ini menyenangkan

Pastikan Anak Anda belajar hal-hal yang baik dari Anda dan
Kehidupan di sekelilingnya

DOSA YANG LEBIH HEBAT DARI BERZINA

Artikel ini saya kutip dari email teman di sebuah milis. Semoga bermanfaat.

DOSA YANG LEBIH HEBAT DARI BERZINA



Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidakdapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya.

Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya. " jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai...... tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. . Nabi musaberapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke
dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa
besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya? " Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" " Ada !" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan
khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

(Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)

Minggu, 27 April 2008

family day

Ahad kemarin Kang Fikri datang dari Bandung setelah semingguan diklat di sana. Senengnya..apalagi Asma. Seolah Abinya hanya miliknya seorang. Kang Fikri dimonopoli olehnya sendiri.

Kebetulan seminggu ini bertepatan dnegan hari keluarga jadi kita jalan keluar. Kang Fikri kasih hadiah sandal cantik untukku dan Asma. Setelah itu kita makan lesehan di Dapur Sunda di daerah Sunda. Lumayan juga masakannya... Menu favorit kita gurame bakar dan es goyobet. Karena perut sudah keroncongan maka tandas semua makanannya. Apalagi disantap bersama orang-orang terkasih. Jadi super nikmat...

Sabtu, 26 April 2008

Munajatku

Tuhan

Ku ingin kuat

Sekuat karang yang tak rapuh

Walau diterjang badai

Tuhan

Kuingin sabar

Sesabar pantai

Tiap saat didebur ombak laut

Tuhan

Kuminta dari Engkau

Segala kekuatan dan kesabaran

Karena semua adalah milik-Mu

Rabu, 23 April 2008

jajan lagi..jajan lagi...

Sebagai ibu, aku ingin yang terbaik untuk Asma. Makanya setelah sekian pertimbangan aku memilih karier di rumah alias jadi ibu rumah tangga. Tapi sebagai makhluk sosial mau gak mau aku pun terlibat di kegiatan sosial kemasyarakatan. Terkadang karena alasan tertentu-seperti loaksi kegiatan jauh atau agar lebih tenang saat ngaji- Asma ditinggal. Dia kan udah 3 tahun lebih jadi udah gak asi lagi.

Di sini justru timbul masalah, kalau pergi Asma di rumah bersama khadimat. Setiap akan pergi aku sudah menyiapkan makanan, snack dan susu uht untuk Asma. Dan selalu kutinggalin uang di atas kulkas, untuk jaga-jaga kalau ada iuran RT atau sumbangan-sumbangan lainnya. Aku pesan ke kahadimat untuk tidak menyetel tv dan tidak jajan ke warung. Dia mengiyakan.

Tapi janji tinggalah janji..... Setiap pulang kulihat Asma sedang khusyuk di depan TV dan dia cerita kalau jajan ini itu... Duhhhh. Sebenarnya bukan masalah uangnya tapi kebiasaannya itu lho...Trus yang dibeli sebangsa jajan anak yang bervetsin. Pernah ada satu fase dimana semua tukang jualan dipanggil Asma. Aku biarkan saja Asma nangis saat keinginannya untuk beli tak kupenuhi. Aku ingatkan sang kahdimat tapi dia malah tertawa. Duh tambah gondok deh ...

Aku lalu mensiasati dengan tidak meninggali uang dan saluran listrik ke TV kumatikan. Cara itu agak berhasil. Tapi kalau kebetulan aku minta tolong khadimat ke warung beli sesuatu , Asma selalu diajak . Dan pulangnya Asma sudah membawa jajanan. Kadang kesel banget deh tapi aku mencoba mengendalikan diri. Gimana pun tidak sepenuhnya salah khadimat. Dia mungkin nganggap aku pelit banget. Jajan seribu perak untuk anak aja gak boleh. Walau aku juga kasih tahu ke dia kalau gak bolehnya itu agar asma gak biasa jajan tapi mungkin dia gak paham.Lagian Asma masih bisa diberi pengertian.

Hmm...teman-teman ada yang punya pengalaman kayak aku atau mau kasih masukan buatku..silahkan ...n teriamaksih..

Senin, 21 April 2008

Maen ke DUFAN

Sabtu kemarin kami bertiga-aku,suami dan Asma,bergi ke DUFAN. Alhamdulillah dapet tiket compliment dari Ancol, jadinya gratis !!! Berangkatnya pagi-pagi jam 8an biar pulangnya gak kesorean. Trus busway juga gak penuh. Maklum armada busway kita masih minim banget, antreannya sering panjang dan melelahkan.

Alhamdulillah busway kosong jadinya bisa duduk. Kampung Melayu - Ancol hanya bayar 3500 per orang dan ditempuh hanya selama 40 menit. Bayangin kalau naik taksi,Kampung Melayu Ancol bisa lebih dari 50 ribu. Selama perjalanan Asma sangat gembira. Bernyanyi-nyanyi bareng abinya. Umminya diam saja, tahu dirilah suara fals gini..he..he..hee..

Begitu sampai Ancol dengan semangat empatlima kita ke Dufan. Begitu sampai di sana kami membaca pengumuman bahwa Dufan baru buka jam 11 siang. Duuuhhh.... kok ya kita lupa kalau Dufan bukanya siang. Beda dengan Seaworld dan gelanggang samudra yang buka pagi. Awalnya kecewa dan bete banget. Habis harus nunggu dari jam 9 sampai jam 11. Kata suami," Udah deh kita jalan-jalan yuk sambil makan perbekalan.."

Kami lalu mencari tempat yang enak untuk duduk-duduk dan makan perbekalan. Sesekali jalan-jalan. Tak terasa waktu menunjukan pukul 11, kami cepat-cepat masuk Dufan dan menikmati permainan yang ada. Sayangnya karena aku ha,il dan Asma tingginya belum ada 100 cm hanya sedikit wahana yang bisa kami nikmati.

Kamis, 10 April 2008

Mang Jeguk

Secara fisik lelaki itu sudah tua. Tubuh hitamnya keriput dimakan matahari. Gigi-giginya banyak yang ompong. Posturnya pendek dan agak bungkuk. Tetapi lelaki itu sangat istimewa karena setiap pagi teriakannya ditunggu-tunggu oleh ibu-ibu di kampung sebelah komplek. “Mang Jeguk sudah lewat belum??’ dijawab , belum dengar tuh teriakannya…” Saya juga termasuk bagian dari ibu-ibu yang menunggu-nunggu kedatangan Mang Jeguk.

Siapakah Mang Jeguk yang kedatangannya ditunggu-tunggu mirip artis idola ?? Yaa Mang Jeguk memang bukan artis idola juga bukan anggota legislatif yang sedang bagi-bagi sembako. Mang Jeguk hanyalah seorang tukang sayur sederhana. Dagangannya pun sangat sederhana yang ditaruh di gerobak yang mungkin umurnya sudah puluhan tahun. Setiap pagi dia lewat menawarkan dagangannya dengan baju lusuh dan caping bututnya. Yang membuatnya spesial adalah sayurannya harganya sangat murah. Ketika cabe mahal sampai di atas dua puluh ribu dia tetap mau melayani orang yang membeli cabe seribu rupiah . Dengan uang sepuluh ribu saya bisa mendapatkan bayam, jagung manis, tempe, tahu, cabe ,tomat dan bawang. Pokoknya cocoklah untuk kantong ibu rumah tangga berbudget minimalis kayak saya ..he..hee..he.. Saya kadang mikir apa Mang Jeguk dapat profit dari jualannya.

Pernah suatu siang saat hujan lebat mengguyur Jakarta Mang Jeguk tetap berteriak menjajakan dagangannya. Tubuh tuanya menggigil, hanya ditutupi selembar plastik dan caping lusuhnya. Bibirnya biru menahan dingin. Dagangannya masih separoh gerobak. Saya minta dia beristirahat di rumah saya sambil minum kopi dan ganti baju. Alhamdulillah ada baju hangat yang masih bagus. Sambil bbil memilih sayuran saya bilang pada beliau, “ Sudahlah Mang, kalau hujan kayak gini gak usah jualan. Istirahat di rumah saja….” Jawabnya,” Aduh Neng kalau Mang gak jualan kumaha beli beras buat anak-anak…”. Sontak mata saya memanas. Terharu mendengar jawabannya.

Sebenarnya anak-anak Mang Jeguk sudah besar dan sudah mandiri semua. Mereka juga meminta bapaknya untuk tidak berdagang lagi. Tapi bertahun-tahun setelah istrinya meninggal, Mang Jeguk menikah lagi. Perempuan yang dinikahinya bukanlah gadis muda ataupun janda kembang. Mang Jeguk menikahi janda tua dengan 6 anak yang separuhnya masih kecil. Katanya, niat menikahi janda itu untuk melindungi dan menafkahi anak-anak yatim. Subhanallah.

Mang Jeguk bukanlah orang religius yang rajin beribadah. Beberapa kali dia tidak shalat jumat dan entah dengan ibadah lainnya. Tapi dia punya keshalihan sosial yang tinggi melebihi orang-orang yang mengaku shalih. Semoga Allah membuka pintu hidayah-Nya agar dia lebih mendekat ke Allah dan melapangkan rizki untuknya.

Rabu, 02 April 2008

THE WEDDING

Kalau datang ke pesta pernikahan sering saya teringat waktu menikah dulu. Saya dengan Kang Fikri masih culun, polos dan malu-malu kucing. Sehabis akad kami agak rikuh untuk bergandengan tangan bahkan duduk di pelaminan yang sederhana pun agak berjauhan. He..he..he..kesannya sih jaim padahal grogi. Bagaimana tidak grogi,ini adalah pertama kali berduaan dengan suami dan dilihatin sekian puluh pasang mata.

Tapi sebenarnya yang paling terasa di hati adalah perasaan cemas. Aneh ya…biasanya pengantin baru lebih didominasi rasa bahagia dan berbunga – bunga.Cemas itu muncul karena ada respon negatif keluarga Kang Fikri terhadap proses pernikahan kami. Mereka kurang sepakat karena kami tidak pernah kenal sebelumnya apalagi pacaran. Ini sebenarnya kesalahan kami berdua yang kurang pandai membuat pendekatan. Ceritanya gini nih…

Suatu hari saya mendapat amplop putih yang berisi biodata seorang ikhwan. Dibuka dan dibaca tertera biodata lengkap seorang ikhwan bernama : Fikri Abdurachman. Familiar juga tuh nama, hanya saja saya tidak pernah berinteraksi dengannya. Pernah sih melihat beberapa kali di kegiatan KAMMI. Dari biodata dilanjutkan ta’aruf. Nah ini pertama kali saya bertatap muka dan bicara dengannya. Setelah ta’aruf kami berdua dengan dibersamai teman tentunya lalu Kang Fikri datang ke rumah utnuk ta’aruf keluarga. Beberapa minggu kemudian keluarganya datang untuk mengkhitbah. Disinilah masalah muncul. Sebelum keluarganya datang ke rumah saya sempat bertemu dengan calon ibu mertua. Awalnya kita ngobrol dengan enak tapi kemudia beliau menyuruh saya menelpon Kang Fikri yang saat itu memang sedang pergi. Saya agak gelagapan karena tak punya nomor hpnya. Beliau jadi agak kesal setelah tahu kalau kami berdua jarang berkomunikasi dan malah tidak kenal sebelumnya. Hal itu masih berbuntut hingga ke pernikahan. Yaa beliau berpendapat bagaimana mungkin kami bisa membina sebuah ikatan pernikahan kalau tak pernah kenal sebelumnya. Terus terang saya juga jadi marah dengan calon suami kok tidak pernah mengkondisikan ke keluarga. Pokoknya runyam deh..

Alhamdulillah lama kelamaan badai berlalu. Saya pun hijrah ke Jakarta. Kuliah di STIS Jogja dan kerja ditinggalkan. Di Jakarta saya ngontrak. Lokasinya tidak jauh dari rumah mertua. Mulailah saya melakukan manuver pendekatan. Akhirnya rumah kontrakan itu jarang kami tempati karena kami lebih sering tinggal di rumah mertua. Dan sampai sekarang kami masih menemani ibu mertua yang tinggal sendirian. Beliau menjadi ibu sekaligus teman. Kami saling berbagi dan curhat setiap ada masalah. Selain itu kami punya hobi sama yaitu bercocok tanam. Setiap ada pameran kami berburu ke sana walau hanya sekedar memanjakan mata…habis tanaman favorit kami mahal harganya. Kadang-kadang suami sampai jealous melihat kekompakan kami. He..he..Dan saya mencoba selalu ingat nasihat ibu saya ,” Karo mertua kuwi lewih becik ngalah lan ngemong…anggep kaya wong tuamu dhewe..” Apa artinya hanyo…,” Dengan mertua itu lebih baik mengalah dan menjaga sikap, anggap seperti orang tua sendiri.