Sebagai ibu, aku ingin yang terbaik untuk Asma. Makanya setelah sekian pertimbangan aku memilih karier di rumah alias jadi ibu rumah tangga. Tapi sebagai makhluk sosial mau gak mau aku pun terlibat di kegiatan sosial kemasyarakatan. Terkadang karena alasan tertentu-seperti loaksi kegiatan jauh atau agar lebih tenang saat ngaji- Asma ditinggal. Dia kan udah 3 tahun lebih jadi udah gak asi lagi.
Di sini justru timbul masalah, kalau pergi Asma di rumah bersama khadimat. Setiap akan pergi aku sudah menyiapkan makanan, snack dan susu uht untuk Asma. Dan selalu kutinggalin uang di atas kulkas, untuk jaga-jaga kalau ada iuran RT atau sumbangan-sumbangan lainnya. Aku pesan ke kahadimat untuk tidak menyetel tv dan tidak jajan ke warung. Dia mengiyakan.
Tapi janji tinggalah janji..... Setiap pulang kulihat Asma sedang khusyuk di depan TV dan dia cerita kalau jajan ini itu... Duhhhh. Sebenarnya bukan masalah uangnya tapi kebiasaannya itu lho...Trus yang dibeli sebangsa jajan anak yang bervetsin. Pernah ada satu fase dimana semua tukang jualan dipanggil Asma. Aku biarkan saja Asma nangis saat keinginannya untuk beli tak kupenuhi. Aku ingatkan sang kahdimat tapi dia malah tertawa. Duh tambah gondok deh ...
Aku lalu mensiasati dengan tidak meninggali uang dan saluran listrik ke TV kumatikan. Cara itu agak berhasil. Tapi kalau kebetulan aku minta tolong khadimat ke warung beli sesuatu , Asma selalu diajak . Dan pulangnya Asma sudah membawa jajanan. Kadang kesel banget deh tapi aku mencoba mengendalikan diri. Gimana pun tidak sepenuhnya salah khadimat. Dia mungkin nganggap aku pelit banget. Jajan seribu perak untuk anak aja gak boleh. Walau aku juga kasih tahu ke dia kalau gak bolehnya itu agar asma gak biasa jajan tapi mungkin dia gak paham.Lagian Asma masih bisa diberi pengertian.
Hmm...teman-teman ada yang punya pengalaman kayak aku atau mau kasih masukan buatku..silahkan ...n teriamaksih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar