"Mungkinkah pernikahan ini sudah tak bisa dipertahankan ya Mbak..??.." perempuan itu bertanya sembari menyeka airmata yang membasahi wajah.
Saya diam, tak mau berkomentar sebelum seluruh cerita meluncur dari bibirnya sendiri. Melihat saya diam dia mulai bercerita.
" Sekarang saya makin asing dengan suami saya...hubungan kami sudah hambar. Tak ada lagi kehangatan, kemesraan atau pun keromantisan.." Dia tergugu lagi. Saya pegang tangannya. Jangan-jangan ada orang ketiga di rumah tangganya batin saya. Melihat tatapan saya seolah dia bisa menebak pikiran saya, perempuan itu menggeleng.
"Tak ada orang ketiga ..setidaknya itu yang saya tahu. Mungkin suami saya kecewa atau bosan dengan saya atau malah dia menyesal menikahi saya.."
" Dia memang tak pernah mengungkapkan secara lisan tapi sikapnya Mbak..sikapnya sangat menyakitkan. Seharian dia kerja. Kalau sudah di rumah dia akan sibuk bermain dengan anak-anak. Ketika anak - anak sudah tidur dia akan asyik berselancar di internet atau nonton film. Sering dia pulang terlambat dengan berbagai alasan yang mungkin masuk akal. Rapat organisasi, ketemu teman, lembur....Seolah dia tenggelam dengan dunianya dan tak ada sedikit pun waktu untuk saya bahkan hanya sekedar mengobrol. Dulu Mbak setiap pulang dari kantor dia akan bercerita pada saya tentang berbagai hal. Teman-temannya di kantor, pekerjaan, pasti selalu ada topik seru. Sekarang kalau saya tidak mulai bicara maka dia akan diam saja. Paling bicara seputar anak dan kewajiban finansial. Saat saya bilang padanya ' ngobrol yuk ' dia kan menjawab ' kalau mau ngobrol bunda bicara saja duluan '. Jawaban itu melukai saya Mbak. Seolah dia tidak butuh ngobrol dengan saya..." Banjir air mata perempuan itu makin deras . Saya ulurkan tissue dan dengan cepat diambilnya tissue itu untuk menyeka air matanya.
" Sekarang tak pernah ada lagi pelukan hangat dan ciuman mesra setiap dia akan ke kantor. Ya..hubungan biologis kami memang masih berjalan walau dengan intensitas kecil. Dia hanya mendatangi saya ketika dia butuh penyaluran biologis. Setidaknya untuk satu hal ini saya bersyukur karena dia tidak mencari penyaluran di tempat lain. Mbak..apa yang harus saya lakukan..."
Baru saja mulut saya akan membuka untuk bicara dia sudah menyahut.
"Sudahlah Mbak..saya tahu Mbak mau bicara apa. Saya harus instropeksi kan...karena porsi terbesar penyebab nya pasti saya..Iya Mbak saya sadar kok. Saya ini orangnya terlalu possesif, egois, menang sendiri. Tak ada yang bisa dibanggakan dari saya. Kerja tidak tapi urusan rumah tangga keteteran....."
Saya hanya terdiam. Perempuan itu tidak menginginkan saran saya. Dia hanya butuh didengar.
Senin, 03 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar