Senin, 24 November 2008

Lamaran

Dia bukanlah musashi
Ksatria samurai yang senantiasa menginspirasiku
Dan dia bukanlah Taiko
Pelayan berwajah monyet yang menjadi Kaisar
Dan senantiasa mengilhamiku dengan kecerdasan-kecerdasannya
Tapi bisa jadi
Dia adalah pangeranku
Yang kan merajai hatiku
Dan menyelamatkanku dari kesendirian

Setelah ta'aruf dengan keluargaku akhirnya Kang Fikri memutuskan untuk mengajak keluarganya mengkhitbahku. Sebelum 'lamaran' aku dan Kang Fikri berkomunikasi via Begin Troys. Jadi baik aku maupun Kang Fikri tidak punya nomor hp masing-masing . Dan hal ini yang jadi pemicu konflik di keluarga Kang Fikri. Ceritanya gini...

Sebelum keluarga Kang Fikri ke rumah aku disuruh kenalan dulu dengan keluarganya di penginapan. Tiba di penginapan Kang Fikri tidak ada. Aku langsung ketemu dengan calon ibu mertua dan calon kakak ipar. Awalnya calo ibu mertua ramah tapi ketika aku disuruh nelpon Kang Fikri trus aku bilang tidak punya nomor hpnya beliau jadi emosi. " Lha mau nikah kok gak punya nomor telpon masing-masing trus berkomunikasinya gimana ??" Aku jelaskan kalau kami berkomunikasi via Begin. Wah beliau tambah sewot, " Emang Begin yang mau nikah...!!" Bla..bla...duh..kesan pertama sudah menyeramkan tapi alhamdulillah lamaran berjalan sukses.

Tragedi itu belum berakhir. Rencana pernikahan kami yang awalnya tidak ada pertentnagan mulai diusik. Ibu Kang Fikri mulai mempertanyakan 'sejauh mana kami saling kenal satu sama lain'. Yang nikah setelah pacaran bertahun-tahun saja banyak yang kandas apalagi tidak kenal sama sekali. Dan setelah saya menikah saya juga tahu bahwa rencana pernikahan kami menjadi gosip hangat di tetangga ( tetangga depan dan samping rumah sudah seperti keluarga). Katanya sering sekali Ibu dan Kang Fikri bertengkar (*beda pendapat). Mulai soal undangan, seserahan...pokoknya ramai.
Selidik punya selidik ternyata Kang Fikri kurang sosialisasi soal gaya 'pernikahan' kami yang tanpa pacaran.

Sedang di keluargaku adem ayem..hehehe..maklum aku terbiasa memutuskan segala sesuatu sendiri tanpa intervensi siapa pun. Kalau aku sudah memilih jalan ya dijalani dan resiko ditanggung sendiri tapi doa orang tua senantiasa menyertai.

Selama ta'aruf dan lamaran aku menyimpan rapat prosesku dengan Kang Fikri di lingkungan teman-temanku di kampus dan di kantor. Bahkan teman-teman dekatku termasuk Merry, Rubu, dan Munif yang kukorek habis-habisan untuk cari info tentang Fikri tidak pernah curiga sedikitpun. Dan ketika kami sedang berkumpul di rumah Bu Attin. Tiba-tiba Bu Attin bicara, " Kayaknya Ubai ada kabar gembira nih..ayo cerita dong ke teman-teman.." Waduhhh..aku kaget karena gak siap dan mukaku jadi merah pias. Semua mata menatapku. Duh...Akhirnya," Saya akan menikah tanggal 21 Desember dengan Fikri Abdurahman..."
"Ubai...." Rubi berteriak..
"KOk gak cerita-cerita sih..."
Dan ternyata gosip itu juga menyebar di kalangan ikhwan. Awalnya saya kira teman-teman akhwat tadi yang nyebarain tapi ternyata penyebarnya adalah Kakak Kang Fikri yang lagi ambil S2 di Ugm...yahhh


Tidak ada komentar: