Semenjak ditinggal nenek ( sebutan untuk mertuaku) ke malang tanaman-tanaman di rumah satu persatu mulai kritis. Padahal aku sudah mencoba merawatnya dengan baik. Menyiraminya, memberi pupuk, bahkan kadang tanaman-tanaman itu kuajak ngobrol. Atau jangan - jangan tanaman-tanaman itu ikut sedih karena aku 'curhat' soal gas yang makin mahal, soal narkoba yang makin menggila, juga wakil-wakil rakyat yang sibuk memperkaya diri. Hehehe..Nggak kok . Kadang juga aku nyanyiin dengan suara falsku.
Dalam sebulan ini sudah 2 tanaman yang mati. Pillow cardinal yang harganya bisa di atas seratus dan puring import. Aglonemanya juga mulai lemes. Butterfly si aglo yang pertama kali dibeli nenek daunnya sudah menguning dan akarnya busuk. Sirih hitamnya kemarin sempat meranggas. Setelah kucemplungin di kolam, alhamdulillah segar kembali.
Aku siap-siap aja dimarahin nenek..hehehe.. tapi yang bikin sedih tanaman-tanaman itu kan dirawat nenek dengan sepenuh cinta. Akunya mungkin yang kurang telaten. Maafkan aku ya bunga-bunga...maafin ubai ya nek..
Minggu, 28 Desember 2008
Selasa, 23 Desember 2008
Asma , sang negosiator ulung
Siang itu sepulang dari kondangan aku dan suami ngobrol di jalan. Topiknya macam-macam sampai kemudian ke suatu topik 'sara'. Hmm bukan sara singkatan dari suku, ras, agama tapi topik ini adalah tentang masalah amanah dalam suatu organisasi yang kalau kami omongin selalu memancing perbedaan pendapat. Aku menyarankan suamiku mundur karena kesibukan kerja suamiku jadi tidak intens dalam menjalankan amanah tersebut. Akibatnya banyak suara-suara sumbang terdengar. Suamiku masih berat untuk mundur karena banyak yang menahannya.
Begitu serunya kami berdiskusi sampai intonasi suara kami terdengar seperti orang bertengkar. Dan Asma yang duduk di jok depan menoleh ke arahku. "Ummi, ayo minta maaf ke abi," katanya. " Abi juga minta maaf ke ummi. Gak boleh bertengkar lho, nanti dimarahi Allah. Ayo saliman.."
Kontan saya dan suami ketawa.
"Kita gak bertengkar kok..ini namanya diskusi.." jelas saya ke Asma
" Iya, abi dan ummi gak bertengkar kok. Ummi sih kalau ngomong keras gitu.." kata suami
" Lho..abi juga.." saya jadi manyun
Asma berdiri dan mengambil tangan saya.
" Udah..saliman ayo..."
Saya dan suami salaman sambil ketawa. Asma..Asma...
Begitu serunya kami berdiskusi sampai intonasi suara kami terdengar seperti orang bertengkar. Dan Asma yang duduk di jok depan menoleh ke arahku. "Ummi, ayo minta maaf ke abi," katanya. " Abi juga minta maaf ke ummi. Gak boleh bertengkar lho, nanti dimarahi Allah. Ayo saliman.."
Kontan saya dan suami ketawa.
"Kita gak bertengkar kok..ini namanya diskusi.." jelas saya ke Asma
" Iya, abi dan ummi gak bertengkar kok. Ummi sih kalau ngomong keras gitu.." kata suami
" Lho..abi juga.." saya jadi manyun
Asma berdiri dan mengambil tangan saya.
" Udah..saliman ayo..."
Saya dan suami salaman sambil ketawa. Asma..Asma...
Jumat, 19 Desember 2008
Surat untuk Ibuku dan Ibu Mertuaku
Surat untuk ibuku dan ibu mertuaku
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibu, lama nian kita tak bersua dan belum aku sempat untuk mengunjungimu lagi. Kini di saat banyak orang sibuk menggelar pesta untuk ' hari ibu' aku merasakan kerinduan yang teramat sangat. Hari ibu, ahh..ku mengerti kau tak pernah peduli dengan perayaan seperti itu bahkan tahu pun tidak.
Ibu , sembilan bulan lebih kau jaga aku di rahimku lalu kau susui aku 2 tahunan bahkan ketika engkau harus berjualan di antara panggangan matahari. Aku yang masih bayi merah kau bawa kemana-mana ke pasar, ke sawah...karena tuntutan periuk yang harus mengepul.
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Ibu...perjuangan dan pengorbananmu tak ternilai harganya. Engkau adalah matahari yang selalu bersinar walau awan gelap sentiasa melukaimu dengan cobaan. Ketegaranmu menggiringku untuk selalu kuat bertahan dalam pergulatan hidup ini.
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Entah dengan apa kumembalas semuanya. Rasulullah mengajariku dan umatnya untuk selalu memuliakan ibu. Bahkan kepada Ummu Aiman yang hanya sekali menyusui beliau, Rasulullah selalu memuliakannya. Juga kepada Halimatus Sa'diyah..Dan Allah Yang Maha Agung pun memerintahkan hamba-Nya untuk bersikap baik kepada orang tua kita. Dan sudahkan aku memuliakan engkau?? Apalagi berbuat baik kepadamu...
Ibu,aku tahu balas budi yang kau harapkan bukanlah hitungan matematis yang dikukur dengan nilai rupiah..Aku tahu engkau mengharapkan balas budi berupa akhlak..tapi sudahkah aku memenuhinya..
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu...
Ibu, aku selalu terkenang saat menemanimu tahajud di longkang..di bawah sinar rembulan dan kerlip bintang. Kulihat betapa engkau mengharu biru menyebut setiap nama anakmu dan memohonkan keselamatannya pada Allah Yang Maha Berkuasa.
Ibu, dan kini di senja usiamu aku pun hanya mampu mengirimi doa..Cinta pun hanya terkirim lewat doa..Ibu maafkan anakmu ini yang belum mampu merawatmu di masa rentamu. Tapi yakinlah ku kan selalu mengirimi doa dan cinta.. Doa yang kupanjatkan di setiap sujudku.. dan cinta yang kukirim lewat hembus angin.. Ibu ..moga Allah memberkahimu selalu.
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibu, lama nian kita tak bersua dan belum aku sempat untuk mengunjungimu lagi. Kini di saat banyak orang sibuk menggelar pesta untuk ' hari ibu' aku merasakan kerinduan yang teramat sangat. Hari ibu, ahh..ku mengerti kau tak pernah peduli dengan perayaan seperti itu bahkan tahu pun tidak.
Ibu , sembilan bulan lebih kau jaga aku di rahimku lalu kau susui aku 2 tahunan bahkan ketika engkau harus berjualan di antara panggangan matahari. Aku yang masih bayi merah kau bawa kemana-mana ke pasar, ke sawah...karena tuntutan periuk yang harus mengepul.
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Ibu...perjuangan dan pengorbananmu tak ternilai harganya. Engkau adalah matahari yang selalu bersinar walau awan gelap sentiasa melukaimu dengan cobaan. Ketegaranmu menggiringku untuk selalu kuat bertahan dalam pergulatan hidup ini.
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Entah dengan apa kumembalas semuanya. Rasulullah mengajariku dan umatnya untuk selalu memuliakan ibu. Bahkan kepada Ummu Aiman yang hanya sekali menyusui beliau, Rasulullah selalu memuliakannya. Juga kepada Halimatus Sa'diyah..Dan Allah Yang Maha Agung pun memerintahkan hamba-Nya untuk bersikap baik kepada orang tua kita. Dan sudahkan aku memuliakan engkau?? Apalagi berbuat baik kepadamu...
Ibu,aku tahu balas budi yang kau harapkan bukanlah hitungan matematis yang dikukur dengan nilai rupiah..Aku tahu engkau mengharapkan balas budi berupa akhlak..tapi sudahkah aku memenuhinya..
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu...
Ibu, aku selalu terkenang saat menemanimu tahajud di longkang..di bawah sinar rembulan dan kerlip bintang. Kulihat betapa engkau mengharu biru menyebut setiap nama anakmu dan memohonkan keselamatannya pada Allah Yang Maha Berkuasa.
Ibu, dan kini di senja usiamu aku pun hanya mampu mengirimi doa..Cinta pun hanya terkirim lewat doa..Ibu maafkan anakmu ini yang belum mampu merawatmu di masa rentamu. Tapi yakinlah ku kan selalu mengirimi doa dan cinta.. Doa yang kupanjatkan di setiap sujudku.. dan cinta yang kukirim lewat hembus angin.. Ibu ..moga Allah memberkahimu selalu.
Langganan:
Postingan (Atom)