Seminggu sekali aku selalu menyambangi sebuah pemukiman di atas kali Ciliwung. Memang posisinya benar-benar di atas kali, bukan di pinggir kali. Rumah yang dibangun semi permanen itu berdempet-dempetan dengan rumah lain. Kesemuanya adalah langganan banjir. Walau kalau kata suamiku," Itu sebenarnya bukan banjir. Air sungai dari dulu memang melewati situ. Tapi karena mengalami pendangkalan oleh orang-orang dibangun rumah..Nah rumah-rumah itu terlimpas oleh air"
Kali Ciliwung di Jakarta memang sudah mirip selokan. Sempit, dangkal, bau , kotor... Makanya ketika di daerah puncak hujan lebat aliran kali Ciliwung yang deras tidak bisa tertampung maksimal, jadinya meluap kemana-mana.
Pernah satu kali kami sedang asyik taklim tiba-tiba air deras datang dan di depan rumah sudah penuh air. Saya yang tidak terbiasa dengan banjir jadi agak panik tapi ibu-ibu itu tetap tenang dan tersenyum. Mereka sudah biasa dengan banjir. Bahkan banjir tahun 2007 kemarin yang cukup besar tidak membuat mereka gentar. Mereka tetap tinggal di atas kali Ciliwung di lantai atas. Suplai makanan selalu disediakan untuk menghadapi air bah yang senantiasa datang.
Sejujurnya saya sangat mengagumi mereka. Ibu-ibu bersahaja itu selalu optimis menghadapi hidup dan mereka pun selalu rajin menimba ilmu. Setiap minggu mereka selalu sms apakah saya bisa datang tidak di taklim mereka. Kadang saya malu karena semangat saya jauh di bawah mereka.. Mereka walaupun banjir tetap semangat taklim bahkan ada yang sampai naik sampan untuk datang. Saya yakin bukan karena isi kajian yang berbobot- karena jelas ilmu mereka lebih dari saya, beberapa dari mereka lulusan pesantren dan hafal Al Quran- tapi lebih pada semangat untuk belajar. Dan sering setiap saya pulang dari sana pasti ada kresek disematkan di tangan saya,isinya buah atau kue. Kemurahan hati mereka kadang bikin malu. Betapa ringannya mereka bersedekah.
Kini satu persatu ibu-ibu itu pindah dari kali Ciliwung. Mereka mencari rumah yang bebas banjir tapi dari rumah yang berjauhan itu mereka tetap rajin datang ke kali CIliwung seminggu sekali. Semoga ukhwah itu tetap terjaga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar