Kamis, 01 Januari 2009

Ultah Asma

Hari ini 4 tahun yang lalu Asma masih berupa bayi merah yang terlahir dari rahimku. Masih teringat perjuangan panjang dalam proses persalinan normal. Dua kali proses persalinanku akus elalu bermasalah dengan air ketuban. Dalam persalinan Asma air ketubanku sudah kering. Dokter memvonis kalau induksi tidak berhasil maka aku harus caesar. Agak ngeri juga apalagi hemoglobinku dibawah batas normal. Tapi alhamdulillah persalinan berjalan dengan normal. Bahkan sejam kemudian aku bisa langsung beraktifitas biasa.

Kini Asma sudah 4 tahun menjadi gadis cilik yang manis, shalihah, dan pinter. Kemarin dia sempat merengek minta perayaan ultah di sekolahnya kayak teman-teman yang lain. Kami tidak menurutinya. Selain tidak ada kebiasaan merayakan rame-rame juga kami tidak sepakat perayaan ultah di sekolah. Beberapa kali saya mendengar keluhan dari orang tua yang sedih karena anaknya merengek minta ultah sedang mereka tidak mampu secara ekonomi. Saya mencoba menempatkan diri pada posisi mereka.

Sebagai gantinya kami membelikan kue ultah dan memberinya berbagai kado. Isi kadonya macama-macam. Sepatu, baju, kaos kaki, sandal., buku .... Hadiah-hadiah itu sudah dipersiapkan sejak lama. Tiap bulan saya belikan satu macam barang yang murah meriah tapi bermanfaat. Alhamdulillah Asma senang...Met ultah ya sayang...moga Allah memberkahimu selalu..


Minggu, 28 Desember 2008

bungaku sayang bungaku malang

Semenjak ditinggal nenek ( sebutan untuk mertuaku) ke malang tanaman-tanaman di rumah satu persatu mulai kritis. Padahal aku sudah mencoba merawatnya dengan baik. Menyiraminya, memberi pupuk, bahkan kadang tanaman-tanaman itu kuajak ngobrol. Atau jangan - jangan tanaman-tanaman itu ikut sedih karena aku 'curhat' soal gas yang makin mahal, soal narkoba yang makin menggila, juga wakil-wakil rakyat yang sibuk memperkaya diri. Hehehe..Nggak kok . Kadang juga aku nyanyiin dengan suara falsku.
Dalam sebulan ini sudah 2 tanaman yang mati. Pillow cardinal yang harganya bisa di atas seratus dan puring import. Aglonemanya juga mulai lemes. Butterfly si aglo yang pertama kali dibeli nenek daunnya sudah menguning dan akarnya busuk. Sirih hitamnya kemarin sempat meranggas. Setelah kucemplungin di kolam, alhamdulillah segar kembali.
Aku siap-siap aja dimarahin nenek..hehehe.. tapi yang bikin sedih tanaman-tanaman itu kan dirawat nenek dengan sepenuh cinta. Akunya mungkin yang kurang telaten. Maafkan aku ya bunga-bunga...maafin ubai ya nek..

Selasa, 23 Desember 2008

Asma , sang negosiator ulung

Siang itu sepulang dari kondangan aku dan suami ngobrol di jalan. Topiknya macam-macam sampai kemudian ke suatu topik 'sara'. Hmm bukan sara singkatan dari suku, ras, agama tapi topik ini adalah tentang masalah amanah dalam suatu organisasi yang kalau kami omongin selalu memancing perbedaan pendapat. Aku menyarankan suamiku mundur karena kesibukan kerja suamiku jadi tidak intens dalam menjalankan amanah tersebut. Akibatnya banyak suara-suara sumbang terdengar. Suamiku masih berat untuk mundur karena banyak yang menahannya.

Begitu serunya kami berdiskusi sampai intonasi suara kami terdengar seperti orang bertengkar. Dan Asma yang duduk di jok depan menoleh ke arahku. "Ummi, ayo minta maaf ke abi," katanya. " Abi juga minta maaf ke ummi. Gak boleh bertengkar lho, nanti dimarahi Allah. Ayo saliman.."
Kontan saya dan suami ketawa.
"Kita gak bertengkar kok..ini namanya diskusi.." jelas saya ke Asma
" Iya, abi dan ummi gak bertengkar kok. Ummi sih kalau ngomong keras gitu.." kata suami
" Lho..abi juga.." saya jadi manyun
Asma berdiri dan mengambil tangan saya.
" Udah..saliman ayo..."
Saya dan suami salaman sambil ketawa. Asma..Asma...

Jumat, 19 Desember 2008

Surat untuk Ibuku dan Ibu Mertuaku

Surat untuk ibuku dan ibu mertuaku

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibu, lama nian kita tak bersua dan belum aku sempat untuk mengunjungimu lagi. Kini di saat banyak orang sibuk menggelar pesta untuk ' hari ibu' aku merasakan kerinduan yang teramat sangat. Hari ibu, ahh..ku mengerti kau tak pernah peduli dengan perayaan seperti itu bahkan tahu pun tidak.
Ibu , sembilan bulan lebih kau jaga aku di rahimku lalu kau susui aku 2 tahunan bahkan ketika engkau harus berjualan di antara panggangan matahari. Aku yang masih bayi merah kau bawa kemana-mana ke pasar, ke sawah...karena tuntutan periuk yang harus mengepul.


Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah

Ibu...perjuangan dan pengorbananmu tak ternilai harganya. Engkau adalah matahari yang selalu bersinar walau awan gelap sentiasa melukaimu dengan cobaan. Ketegaranmu menggiringku untuk selalu kuat bertahan dalam pergulatan hidup ini.

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Entah dengan apa kumembalas semuanya. Rasulullah mengajariku dan umatnya untuk selalu memuliakan ibu. Bahkan kepada Ummu Aiman yang hanya sekali menyusui beliau, Rasulullah selalu memuliakannya. Juga kepada Halimatus Sa'diyah..Dan Allah Yang Maha Agung pun memerintahkan hamba-Nya untuk bersikap baik kepada orang tua kita. Dan sudahkan aku memuliakan engkau?? Apalagi berbuat baik kepadamu...
Ibu,aku tahu balas budi yang kau harapkan bukanlah hitungan matematis yang dikukur dengan nilai rupiah..Aku tahu engkau mengharapkan balas budi berupa akhlak..tapi sudahkah aku memenuhinya..

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu...

Ibu, aku selalu terkenang saat menemanimu tahajud di longkang..di bawah sinar rembulan dan kerlip bintang. Kulihat betapa engkau mengharu biru menyebut setiap nama anakmu dan memohonkan keselamatannya pada Allah Yang Maha Berkuasa.
Ibu, dan kini di senja usiamu aku pun hanya mampu mengirimi doa..Cinta pun hanya terkirim lewat doa..Ibu maafkan anakmu ini yang belum mampu merawatmu di masa rentamu. Tapi yakinlah ku kan selalu mengirimi doa dan cinta.. Doa yang kupanjatkan di setiap sujudku.. dan cinta yang kukirim lewat hembus angin.. Ibu ..moga Allah memberkahimu selalu.

Senin, 24 November 2008

Lamaran

Dia bukanlah musashi
Ksatria samurai yang senantiasa menginspirasiku
Dan dia bukanlah Taiko
Pelayan berwajah monyet yang menjadi Kaisar
Dan senantiasa mengilhamiku dengan kecerdasan-kecerdasannya
Tapi bisa jadi
Dia adalah pangeranku
Yang kan merajai hatiku
Dan menyelamatkanku dari kesendirian

Setelah ta'aruf dengan keluargaku akhirnya Kang Fikri memutuskan untuk mengajak keluarganya mengkhitbahku. Sebelum 'lamaran' aku dan Kang Fikri berkomunikasi via Begin Troys. Jadi baik aku maupun Kang Fikri tidak punya nomor hp masing-masing . Dan hal ini yang jadi pemicu konflik di keluarga Kang Fikri. Ceritanya gini...

Sebelum keluarga Kang Fikri ke rumah aku disuruh kenalan dulu dengan keluarganya di penginapan. Tiba di penginapan Kang Fikri tidak ada. Aku langsung ketemu dengan calon ibu mertua dan calon kakak ipar. Awalnya calo ibu mertua ramah tapi ketika aku disuruh nelpon Kang Fikri trus aku bilang tidak punya nomor hpnya beliau jadi emosi. " Lha mau nikah kok gak punya nomor telpon masing-masing trus berkomunikasinya gimana ??" Aku jelaskan kalau kami berkomunikasi via Begin. Wah beliau tambah sewot, " Emang Begin yang mau nikah...!!" Bla..bla...duh..kesan pertama sudah menyeramkan tapi alhamdulillah lamaran berjalan sukses.

Tragedi itu belum berakhir. Rencana pernikahan kami yang awalnya tidak ada pertentnagan mulai diusik. Ibu Kang Fikri mulai mempertanyakan 'sejauh mana kami saling kenal satu sama lain'. Yang nikah setelah pacaran bertahun-tahun saja banyak yang kandas apalagi tidak kenal sama sekali. Dan setelah saya menikah saya juga tahu bahwa rencana pernikahan kami menjadi gosip hangat di tetangga ( tetangga depan dan samping rumah sudah seperti keluarga). Katanya sering sekali Ibu dan Kang Fikri bertengkar (*beda pendapat). Mulai soal undangan, seserahan...pokoknya ramai.
Selidik punya selidik ternyata Kang Fikri kurang sosialisasi soal gaya 'pernikahan' kami yang tanpa pacaran.

Sedang di keluargaku adem ayem..hehehe..maklum aku terbiasa memutuskan segala sesuatu sendiri tanpa intervensi siapa pun. Kalau aku sudah memilih jalan ya dijalani dan resiko ditanggung sendiri tapi doa orang tua senantiasa menyertai.

Selama ta'aruf dan lamaran aku menyimpan rapat prosesku dengan Kang Fikri di lingkungan teman-temanku di kampus dan di kantor. Bahkan teman-teman dekatku termasuk Merry, Rubu, dan Munif yang kukorek habis-habisan untuk cari info tentang Fikri tidak pernah curiga sedikitpun. Dan ketika kami sedang berkumpul di rumah Bu Attin. Tiba-tiba Bu Attin bicara, " Kayaknya Ubai ada kabar gembira nih..ayo cerita dong ke teman-teman.." Waduhhh..aku kaget karena gak siap dan mukaku jadi merah pias. Semua mata menatapku. Duh...Akhirnya," Saya akan menikah tanggal 21 Desember dengan Fikri Abdurahman..."
"Ubai...." Rubi berteriak..
"KOk gak cerita-cerita sih..."
Dan ternyata gosip itu juga menyebar di kalangan ikhwan. Awalnya saya kira teman-teman akhwat tadi yang nyebarain tapi ternyata penyebarnya adalah Kakak Kang Fikri yang lagi ambil S2 di Ugm...yahhh


Selasa, 18 November 2008

Foto Bareng Gola Gong

Hari ini suami ngajak kami sekeluarga ke Indonesia Book Fair di JHCC. Seneng banget deh karena dari dulu saya paling hobby datang ke pameran buku dan tanaman. Walau gak beli melihat buku-buku dan pepohonan hias mampu merilekskan pikiran.
Rupanya kami datang kepagian jadi harus nunggu pintu dibuka. Alhamdulillah Azzam dan Asma gak rewel. Suami ketemu teman kantornya. Saya duduk di kursinya Pak Satpam yang bertampang serius sambil mengamati pengunjung lainnya. Tiba-tiba mata saya tertuju satu sosok yang sepertinya sangat familiar. Saya coba mengingat-ingat tapi memorinya tetap tak muncul. Saya amati lagi postur laki-laki itu. Baru saya ingat kalau orang itu adalah Gola Gong..wajahnya mirip dengan foto yang ada di buku Balada Si Roy. Waktu SMP saya kesengsem berat dengan buku itu selain buku Musashi dan Taiko.
" Abi, tuh ada Gola Gong..," bisik saya ke suami.
"Mana...??" tanya suami.
"Tuh yang pakai koko ijo. Ummi harus beli bukunya..."

*****

Jam sepuluh kita masuk ke area pameran di JHCC. Beda dengan di Istora di JHCC tempatnya bersih dan ber-ac. Setelah beli buku cerita dan edu game untuk Asma saya nyari bukunya Gola Gong. Akhirnya dapet juga plus tanda tangan langsung dari Gola Gong. Suami dan Asma berpose bareng Gola Gong. Lumayanlah sedikit narcis..hehehe..Salutnya buku-buku Gola Gong tidak mahal. Dari situ kita muter-muter lagi. Setelah dapet buku-buku lainnya kita pulang khawatir teler..maksudnya dompetnya yang teler karena setiap melihat buku saya pasti minta dibeliin. Hehehe..
Di rumah kita mau pamer foto bareng Gola Gong ke nenek tapi foto bareng Gola Gongnya setelah dicari-cari di file hp gak ketemu. Yach...jangan-janagn kehapus saat diotak atik ama Asma. Gak jadi deh foto bareng Gola Gong...

Minggu, 16 November 2008

Ta'aruf

Waktu untuk tatap muka alias ta'aruf pun ditentukan. Jum'at sore, ba'da maghrib. Jumat sore agendaku banyak juga. Menyelesaikan kerjaan kantor yang menumpuk dan ngisi kajian pekanan.
Setelah bernegoisasi dengan teman-teman kantor akhirnya aku bisa pulang duluan. Kupacu mushasiku ke arah kampus UGM. Dan ketika sampai di sekip tiba-tiba musashi mogok. Waduh....padahal aku harus ngisi kajian setengah dua. Alhamdulillah ada bengkel di dekat tempat mogok. Pak bengkel tampak kepayahan membongkar musashi. Akhirnya dia ngaku kalau lagi belajar otak atik motor. Duh tambah lemes deh..khawatir musashi tambah parah sakitnya.
Alhamdulillah tukang bengkel yang asli datang. Diutak atik sebentar musashi pun sehat kembali.

******

Ba'da ashar aku ke rumah Mbak Iftah. Kali ini pakai motor astrea cling..modal pinjaman. Hehehe...musashi diistirahatkan. Khawatir mogok lagi. Sesampainya di Mbak Iftah aku bantu beres-beres dikit. Mbak iftah itu orangnya enak . Kalau main ke rumahnya kita diperlakukan seperti keluarga sendiri.

Akhirnya waktu yang dinanti tiba.. Di ruang tamu terdengar suara ikhwan bicara. Kupertajam kupingku..sepertinya ada suara yang sangat familiar. Kayaknya suara Begin..nah lho kok ada Begin segala..

Mbak Iftah membuka tirai pembatas. Akhirnya kami semua bertatap muka.
'Ooo ini yang namanya Fikri. Kok endut ya' pikirku
"Bagaimana kalau kita mulai," suara Pak Rinto membuyarkan kebengonganku. Kami saling bercerita dan bertanya jawab.. Aku juga ngaku kalau gak bisa masak. Maksudnya masak yang susah-susah. Kalau sekedar masak air, nasi dan sayur bayam sih bisa..Setelah cukup lama Bu iftah menanyakan apakah proses akan berlanjut atau tidak.
" Terserah Mbak Yubaidah saja...," jawab Fikri.
" Lho kok terserah saya sih...," sanggahku.
"Kalau gitu saya mau lanjut. Insyaa Allah besok Sabtu saya bersilaturahim ke orang tua anti..,"
Saya melongo. Besok..cepat amat. Aku kan belum bicara ke orang tuaku.
" Jangan besok Pak. Ahad aja. Saya butuh waktu untuk bicara ke orang tua.."

*****